Pernikahan sri dan suaminya tetap berlangsung,meskipun tanpa restu dari orang tua sri. Mereka menikah dan mencoba menjalani pernikahan dengan baik. Sampai suatu ketika, suami sri tersandung masalah penggelapan dana di perusahaannya.
Dan akhirnya suami sri pun bangkrut dan mereka tidak memiliki apa-apa lagi.
Dan di saat itulah sri pun mengandung. Beberapa tahun pun berlalu. Kehidupan mereka pun tak kunjung lebih baik. Terpuruk hingga harus menjual baju yang dipakai agar mereka bisa makan.
Kini anak-anak mereka pun harus sekolah. Mereka memiliki 8 anak saat itu. Karena masih tidak bosa terima dengan perubahan kehidupan yang begitu drastis,suami sri pun berubah perangainya. Ke 6 anak laki-lakinya tidak di ijinkan sekolah. Mereka di paksa berjualan koran atau makanan kecil di jalan.
Sedangkan anak perempuan yang 1 selalu dipukulinya tanpa ampun, tanpa tahu kesalahan apa yang telah dia buat. Sedangkan anak perempuan yang lain masih balita, juga segera akan jadi pelampiasannya. Hanya menunggu waktu. Dan ketika anak ke 8 itu telah berumur 9 bulan, ayahnya pun mulai melampiaskan kekesalannya pada balita itu. Dia mulai memukulnya ketika dia menangis karena lapar. Terus menerus itu berlanjut. Hingga suatu hari, sri berpikir bahwa dia harus menyelamatkan anaknya yg masih balita ini dari amarah suaminya.
Akhirnya sri pun pergi ke rumah kakak kelas yg pernah menyukainya dulu, bernama Muhsin. Sri berharap Muhsin mau membantunya dengan cara merawat anaknya yg no 8.
Akhirnya Muhsin pun memenuhi permintaan Sri untuk merawat anaknya.
Namun, Suami sri merasa cemburu pada Muhsin dan tidak terima jika anaknya di berikan pada Muhsin. Diapun marah dan ingin sekali membunuh anaknya sendiri dengan sebuah batu. Namun anak-anak dari Muhsin tidak tinggal diam. Mereka memanggil polisi dan mengejar suami sri dengan membawa parang. Anak-anak muhsin sudah berpikir,bahwa mereka harus melindungi adiknya yang baru saja datang.
Bersambung......